SOE, MITRA - Alek sander Benu, Kepala Desa Panite Kecamatan Kot’Olin TTS diduga telah melakukan upaya terselubung alias "mengamankan" Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar Rp 231 juta selama Tahun Anggaran 2006 hingga 2008.
Hal ini bisa mengindikasikan Alokasi ADD yang turun ke Desa Panite selama tiga Tahun Anggaran (2006-2008) dengan nilai sebesar Rp 231 juta (100juta, 72 juta dan 59 juta) raib entah kemana.
Tidak puas dengan cara kerja Kades Benu, warga desa Panite yang sudah gerah akhirnya angkat bicara. Kepada Wartawan koran ini ahad lalu seluruh keburukan kerja kades Benu yang juga merangkap sebagai kepala Sekolah Dasar Panite (TRK, kelas jauh SD Inpres Bnafo) di kuak satu per satu.
Nimrot Nabuasa dan Godlif Benu, warga setempat menjelaskan, soal Alokasi Dana Desa yang dialokasikan selama tiga tahun berturut-turut (2006-2008) tidak pernah disosialisasikan kepada warga dan masyarakat setempat.
"Soal ADD kami warga desa tidak mengetahui secara persis. Kami sendiri memang mendengar yang namanya Alokasi Dana Desa, tapi untuk mengetahui lebih jauh soal berapa besarnya jumlah alokasi dana yang diperuntukkan bagi desa Panite tiap tahun anggarannya, kami tidak tahu. Kalaupun tahu, ya baru tahu dari pak wartawan," ungkap Nabuasa dan Benu.
Dijelaskan besarnya alokasi dana pemerintah yang singgah ke desa Panite yang bersumber dari Alokasi Dana Desa di ketahui warga hanya berdasarkan informasi aparat desa tetangga. Yang terjadi dan berlaku benar warga dan masyarakat selalu di dibatasi dengan kekuatan kekuasaan yang dimiliki Kepala Desa.
"Terus terang, apa saja yang dilakukan kades Benu, sampai detik ini tidak jelas. Malahan ketika warga bertanya, dia (Kades Benu, Red) dengan gaya arogansinya menjawab bahwa warga tidak tahu apa kerja pemerintah.
Kami pun tahu, bahwa Tahun Anggaran 2006 Alokasi Dana Desa untuk Desa Panite sebesar Rp100 juta, begitupun 2007, sebesar Rp 72 juta dan 2008 sebesar Rp 59 juta, Kemana uang itu dibelanjakan kami sendiri tidak tahu," beber Nabuasa yang diamini Benu.
Senada dengan itu, Adriana Nabuasa istri ketua RT 02 Dusun A Desa Panite secara lantang mengatakan, dirinya hanya mengetahui sebatas Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Program Keluarga Harapan (PKH).
Sementara terkait Alokasi Dana Desa, dirinya baru mengetahui dari penjelasan wartawan. "Saya hanya tahu sebatas BLT dan PKH, kalau ADD saya baru tahu dari penjelasan pak wartawan," kata Adriana dan menambahkan bahwa BLT yang diterima juga sering dipotong Rp 20.000 dengan alasan yang tidak jelas.
Selain Adriana Nabuasa, warga lainnya, Oktovianus Nomleni dan Anthoneta Koebanu mengatakan hal yang sama. Menurut mereka ( Nomleni dan Koebanu, Red ) Alokasi Dana Desa di Desa Panite dijalankan secara diam-diam oleh Kepala Desa dan Aparatnya.
Dikatakan Kepala Desa Panite selalu mengedepankan kesohoran marga dan nama besarnya di desa, sehingga jangan heran bila kades Benu selalu memerintah secara otoriter.
Berdialog secara terbuka dengan warga, apalagi berbicara tentang konsep penggunaan Alokasi Dana Desa tidak pernah di lakukan kades Benu sejak memerintah di Desa Panite.
"Kami memang warga desa yang bodoh dan tidak tahu apa apa. Tetapi kami tahu tentang tahapan proses penyaluran ADD. Sejauh yang kami amati, Kepala Desa dan aparatnya tidak pernah terbuka membicarakan tentang Alokasi Dana Desa (ADD)," ungkap mereka.
Dikatakan lebih jauh soal Raskin, BLT dan PKH, warga senantiasa di bebani dengan upeti atau pemberian kepada Kelapa Desa. "Hak kami seperti Raskin, BLT dan PKH setiap pengambilannya harus diikuti dengan membawa serta Ayam, Ubi, Jagung dan Minyak Kelapa. Alasannya untuk kelancaran urusan di Desa. Kalau cara kerjanya seperti ini kapan warga bisa maju dan mandiri?," ucap Nomleni kesal.
Ditambahkan Aparat Desa yang terlibat dalam struktur pemerintahan desa Panite khusus yang memiliki tanggungjawab dengan urusan keuangan dan pelayanan masyarakat
( Sekretaris, Bendahara dan Satker ) pasca kepemimpinan kepala Desa Panite Aleksander Benu, diduga masih memiliki hubungan kekerabatan yang sangat dekat.
Aleksander Benu yang hendak dikonfirmasi wartawan dirumah jabatannya malah menghindar dan terkesan uring uringan. Istri Kades Benu yang datang menemui wartawan koran ini hanya menyampaikan informsi seadanya dan mengatakan Kepala Desa lagi tidak berada di tempat. "Bapak Desa barusan keluar mengunjungi warga desa," ucap istri kades Benu sembari keluar rumah seolah ingin memanggil Kades Benu. (oni)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar